Sepeda motor matic itu tanpa di-genjot telah meluncur tanpa terkendali bagai angin lalu. Tampaknya motor itu masih baru dan mulus, semulus cewek yang menaikinya. Cewek ayu, anggun, manis, dan berambut panjang sebatas pinggang itu selalu tersenyum bila matanya yang lentik melihat wajahku yang tampan (he… he… he…!). Aku melamun, aku mengingat. Setiap melihat cewek itu, aku jadi ingat sama mantan doiku kala aku masih sekolah di SMA Negeri Wayang. Ah, senyumnya yang aduhai selalu menghiasi bibirnya yang mungil. Lirikannya…, oh dia mampu menandingi lirikan mautku yang sudah terkenal sampai ke kolong jembatan (he… he… he…!).
Lirikanku memang hebat, mampu bersaing dengan siapa saja. Bahkan aku telah meraih gelar “sekali lirik tujuh cewek jatuh cinta.” Hebat memang. Tetapi, aku sendiri telah dipukul KO oleh lirikannya, lirikan gadisku dulu. Sayang sekali, Kanjeng Rama Werkudara tidak memperkenankan aku si wayang Gatotkaca untuk ber-love story dengan Dik Rianti Cartwright, yang artis itu.