16 comments on “Api Semangat Puisi Chairil Anwar

    • Saya pun masih terus belajar kok Mbak Ika. Posting-an ini pun merupakan salah satu hasil belajar tentang puisi, terkhusus puisi-puisi “Sang Maestro” dunia perpuisian.

  1. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Raden…

    Sungguh mengkagumkan dalam usia muda (meninggal umur 27 tahun), Pak Chairil Anwar sudah dikenali ramai hanya kerana puisi semangat yang ditulisnya. Hebat benar apabila potensi diri dapat menyerlahkan aura dalaman sehingga begitu tinggi jasanya dalam dunia sastera Indonesia. Pasti Pak Chairil Anwar telah menyumbang suatu usaha yang besar ketika mudanya sehingga puisinya masih dikenang dan menjadi revisi buat anak-anak sekolah dan dunia sastera Indonesia.

    Nama Pak Chairil Anwar juga terkenal di Malaysia dan saya pernah membaca puisinya semasa remaja tetapi tidak ingat tajuknya. Sangat bermakna kata-kata dan siratan bahasanya.

    Ternyata bukan senang mahu menjadi orang terkenal, pasti ada onak dan duri yang telah ditempuh sebelum namanya berkumandang di hari kemudian. Beruntunglah bagi mereka yang terus menulis kerana kegiatan mennulis memberi impak besar kepada penulisnya setelah meninggal dunia.

    Semoga apa yang kita kongsikan di dunia maya akan bermanfaat buat semua yang membacanya. Aamiin. Tulisan yang mencerahkan bagi mengenang seorang tokoh pejuang sastera dan bangsa melalui kata-kata berapi yang bisa mengobar semangat anak bangsa. Salut mas Raden.

    Salam hormat dari Sarikei, Sarawak. 😀

    • Wa’alaikumsalam Wr. Wb…

      Begitulah agaknya sosok Chairil Anwar, yang karya-karyanya begitu mengagumkan, sehingga membuat usia karya-karyanya tersebut berumur panjang, melebihi usia penciptanya. Bahkan mungkin Chairil sendiri tak menyangka bila karya-karyanya akan menjadi mashyur seperti ini, menjadi pembahasan pada setiap pembelajaran sastra, bahkan menjadi perbincangan para ahli sastra.

      Benar Mbak Fatimah, untuk mencapai ketenaran pasti akan banyak onak pada setiap perjalanan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya, akankah menjadi tegar ataukah justru hancur. Mestinya setiap halangan bisa menjadi pembelajaran untuk meningkatkan diri menjadi lebih baik.

      Saya pun berharap apa yang saya tuliskan ini bisa menebarkan manfaat, setidaknya di samping sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa seseorang di dunia satra, dengan menggali api semangat pada puisi-puisi Chairil Anwar akan tergali pula api semangat yang ada pada diri kita sendiri. Terima kasih Mbak Fatimah atas diskusi yang menarik ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita.

      Salam hormat penuh takzim pula untuk Mbak Fatimah beserta keluarga di penghujung pekan…

  2. Saya mengenal puisi waktu SMP dan puisinya Chairil Anwar berjudul “aku”. Saya lalu menghafal dan berdeklamasi di kamar mandi (akhirnya di gedor karena tidak keluar-keluar). Setelah orde baru saya senang puisinya WS Rendra beli bukunya Blues untuk Bony dan empat kumpulan sajak, juga beberapa buku penyair lain Sbedi setiawan (lupa namanya). Saya tetap senang berdeklamasi walaupun sudah punya anak dan istri cuma geleng-gelng kepala menyuruh anak-anak jangan berkomentar. Dan kalau saya punya uang lebih, saya membeli majalah Horison dan bisa membaca sampai puas. Yang saya sukai puisi Leon Agusta, itu lho puisi yang bisa dibaca seperti pidato (puisi oratorium). Setelah itu hati saya suntuk, tak ada yang menyentuh kecuali bagian puisi Raden Kusdaryoko, yang berbunyi: dan biarkan sepotong rembulan yang dijanjikan malam bersinar tak tertutup awan.

    Kini Pak Kus menggelitik saya untuk mencari lagi puisinya Chairil Anwar. Apa ada bukunya?

    • Wah, ternyata Bapak ini tak hanya piawai dalam menulis cerpen, namun juga punya pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang dunia perpuisian. Penyair-penyair yang Bapak sebutkan, kebetulan saya suka pula dengan karya-karya yang mereka ciptakan, di samping karya beberapa penyair yang lain tentunya. Bahkan untuk model puisi Leo Agusta, secara langsung atau tidak, saya pernah terpengaruh gayanya dalam menulis puisi, meski sebenarnya khususnya puisi yang saya buat lebih banyak yang mempribadi.

      Mengenai “dan biarkanlah sepotong rembulan yang dijanjikan malam tak lagi sembunyi di balik awan” itu hanya sekedar harapan, sekedar doa, yang barangkali ada pula orang lain yang memiliki harapan yang sama seperti itu. Terima kasih atas apresiasi Bapak.

      Untuk buku-buku Chairil Anwar, insya Allah masih ada di toko buku, meski agak sulit mencarinya. Ngomong-omong, apa Bapak tak tertarik untuk menulis puisi juga? Mengasyikkan lho, Pak…

Tinggalkan Balasan ke ngibadpunya Batalkan balasan